Thursday, August 8, 2013

Makna Lukisan Damar Kurung Sebagai Kesenian Masyarakat Gresik


بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم










 








Kebudayaan itu merupakan blue-print yang telah menjadi kompas dalam perjalanan hidup manusia, ia menjadi pedoman dalam tingkah laku. Kelangsungan suatu kebudayaan tergantung pada pelaku kebudayaan tersebut (Irwan Abdulah,2006:1). Sebagai manusia yang berbudaya, dan berbangsa dalam memenuhi kebutuhan hidup, berusaha untuk mengelola segala sesuatau yang tersedia di alam sekitar sesuai dengan kemampuannya. Salah satu dari usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dalam kesenian, adalah ketrampilan mencipta dan membantu membuat karya-karya seni rupa, antara lain berupa karya seni rupa kerajinan atau kriya (Ismurdijahwati, 2009:13).


Seni Tradisional pada dasarnya memiliki banyak sekali macamnya, meliputi seni rupa, seni tari, seni sastra dan seni teater (drama). Termasuk dalam kategori seni rupa antara lain seni ukir, seni lukis, dan seni tatah. Seni sastra meliputi bentuk-bentuk puisi seperti kinanti dan pangkur, bentuk-bentuk prosa seperti babad dan cerita rakyat. Seni teater meliputi wayang uwong, ketoprak dan ludruk. Seni tari meliputi reog, jatilan slawatan (Ahimsa.2000:339).

Untuk memahami karya seni, perlu diketahui wujud seninya terlebih dahulu, sebab wujud seni mencakup dua aspek, yakni nilai intrinsik seni dan nilai ekstrinsik seni. Nilai intrinsik seni dibentuk oleh matrial seninya seperti cat lukis dan bidang gambarnya. Sedangkan landasan yang digunakan adalah nilai ekstrinsiknya seperti gagasan, pikiran dan perasaan seniman yang diwujudkan dengan penggambaran bentuk yang menyerupai pengalaman sehari-hari (Ismurdijahwati, 2009:15).

Oleh karena itu penelitian ini diadakan untuk membahas kesenian Damar Kurung dan mendeskripsikan kesenian Damar Kurung itu sendiri, seperti apa masyarakat dalam memandang dan memaknai kesenian Damar Kurung.

Metode Penelitian
Hasrat ingin tahu merupakan suatu hasrat alamiah dari manusia, dan merupakan pangkal dari segala ilmu pengetahuan. Namun segala gejala alam dan masyarakat yang ditangkap oleh manusia dengan akal dan pancainderanya, belumlah menyebabkan tumbuhnya ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat.1997:12).

Penelitian ini menggunakan penelitian Deskripsi dimana suatu penelitian yang berusaha menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atas kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu antara satu gejala dengan gejala lainnya dalam masyarakat (Koentjaraningrat,1997:29). Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dimana metode ini dipakai untuk menguraikan fenomena yang ada pada lokasi penelitian dan memudahkan peneliti untuk mencari data pada masyarakat. Menurut Moleong (2005:6) metode kualitatif merupakan metode alamiah pada suatu konteks khusus yang digunakan oleh peneliti untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku,persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik (keseluruhan) dan dengan cara deskripsi bentuk kata-kata dan bahasa.

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Hermeneutik, dimana Pendekatan hermeneutik menganggap kesenian sebagai sebuah teks. Teks adalah sesuatu yang harus dibaca dan kemudian ditafsirkan. Teks tersebut boleh ditaksirkan dengan bebas oleh para penikmatnya. Oleh karena itu pendekatan hermeneutik ini lebih dekat dengan apa yang dilakukan oleh para penikmat kesenian pada umumnya. Langkah penting dalam hermeneutik tidak lain adalah interpretatif atau tafsir. Menafsir berarti mengungkapkan apa yang dianggap sebagai hal-hal yang diacu oleh sebuah teks. Hal-hal yang diacu inilah yang dipandang sebagai “makna” teks yang dianalisis (Ahimsa.2000:402-403).

Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul dan topik yang diambil penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gresik. Penentuan lokasi ini menyesuaikan dengan keberadaan seni lukis Damar Kurung yang berada di wilayah Kabupaten Gresik, khususnya berada di Kelurahan Tlogo Pojok, Kecamatan Gresik. lokasi ini dipilih karena keberadaan kesenian Damar Kurung berasal dari Kecamatan Gresik, dan Kelurahan Tlogo pojok merupakan tempat tinggal dari pembuat Damar kurung dan keluarganya sampai sekarang. Maka dari itu lokasi penelitian dilakukan di Daerah tersebut.

Tradisi Masyarakat Gresik dalam Lukisan Damar Kurung
Masyarakat Gresik adalah masyarakat yang mayoritas penganut agama Islam. Dimana kegiatan-kegiatan keagamaan sangat kental dan mewarnai kondisi sosial masyarakat di sana. Seperti halnya kegiatan belajar membaca Al-Quran pada anak-anak kecil di Gresik, kegiatan sholat berjamaah, dan lain sebagainya. Bahkan kesenian di daerah Gresik sangat kental dengan nuansa islami, seperti halnya kesenian Hadra. Sangat kentalnya pengaruh islam dalam kehidupan masyarakat di Gresik. kegiatan-kegiatan tersebut di rekam oleh Masmundari dan kemudian di tuangkan dalam bentuk gambar pada Damar Kurung.

KERANGKA TEORI
Honigmann membedakan adanya tiga wujud kebudayaan (Koentjaraningrat.1990:186) yaitu:
  1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, (ideas).
  2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat (activities).
  3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia (artifacts).
Ketiga wujud kebudayaan ini tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Kebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan memberi arah kepada tindakan dan karya manusia. Namun bisa juga terjadi kebudayaan fisik bisa membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang mempengaruhi pola-pola tindakan dan juga cara berpikir (Koentjaraningrat, 1990:188).

Ahimsa-Putra (2000:35) mengelompokkan Kesenian ke dalam dua kategori :
 
  1. Tekstual yaitu kesenian memandang fenomena kesenian sebagai sebuah ‘teks’ untuk dibaca, untuk diberi makna, atau untuk dideskripsikan strukturnya, bukan untuk dijelaskan atau dicari sebab – musababnya.
  2. Kontekstual yaitu pandangan yang menempatkan fenomena kesenian ditengah konstelasi sejumlah elemen, bagian, atau fenomena yang berhubungan fenomena tersebut.
Kebudayaan bukanlah sebuah kekuatan, sesuatu untuk memberi ciri kasual, pada peristiwa-peristiwa sosial, perilakju-perilaku, pranata-pranata, atau proses. Kebudayaan adalah sebuah konteks, sesuatu yang didalamnya semua hal itu dapat dijelaskan dengan terang, yakni secara mendalam (Geertz,1992:17).

Menurut Geertz kebudayaan itu merupakan pola dari pengertian-pengertian atau makna-makna yang terjalin secara menyeluruh dalam simbol-simbol dan di transmisikan secara historis. Juga merupakan konsepsi-konsepsi yang diwariskan dalam bentuk simbol, yang dengan cara ini manusia dapat berkomunikasi, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan dan sikapnya terhadap kehidupan (Abdullah,2006:1).

Kebudayaan sebagai ide meliputi ranah ideal, spiritual dan non material, ide mengarahkan tingkah laku sehingga dapat dikatakan bahwa ide mengarahkan kebudayaan. Artinya kebudayaan terdiri atas gagasan-gagasan, simbol-simbol dan nilai-nilai sebagai hasil karya dari tindakan manusia (Sobur, 2006 : 177). Kebudayaan terdiri dari simbol-simbol, gagasan, serta nilai-nilai dari hasil karya tindakan manusia. Sehingga manusia berpikir, berperasaan dan juga bersikap melalui ungkapan-ungkapan simbolis. Kebudayaan yang terdiri dari gagasan-gagasan, nilai-nilai, dan simbol-simbol sebagai hasil karya manusia maka manusia bisa juga disebut sebagai makhluk simbol (Herusatoto, 2005:9).

Hubungan antara manusia dengan kebudayaan yang erat ini menimbulkan anggapan bahwa manusia adalah makhluk budaya. Menurut Geertz (Saifuddin.2005:288) berpendapat bahwa definisi kebudayaan sebagai :
  1. Sistem keteraturan dari makna dan simbol-simbol, yang dengan makna dan simbol-simbol tersebut individu-individu mendefinisikan dunia mereka, mengekspresikan perasaan-perasaan mereka, dan membuat penilaian mereka. 
  2. Suatu pola makna-makna yang ditransmisikan secara historis yang terkandung dalam bentuk-bentuk simbol, yang melalui bentuk-bentuk simbol tersebut manusia berkomunikasi, memantapkan dan mengembangkan pengetahuan mereka mengenai dan bersikap terhadap kehidupan.
  3. Oleh karena kebudayaan adalah suatui sistem simbol, maka proses kebudayaan harus dipahami, diterjemahkan, dan diinterpretasi.
Fungsi simbolik adalah universal, dan manusia tidak dapat memahami kebudayaan suatu masyarakat tanpa fungsi ini, karena bahasa simbol dari kebudayaan adalah publik. Geertz berpendapat bahwa kebudayaan paling efektif ditelaah secara murni sebagai sebuah sistem simbolis (kata kuncinya adalah, “dalam istilahnya sendiri-sendiri”), mencirikan seluruh sistem dengan cara umum tertentu, dengan sebelumnya dilakukan pengisolasian unsur-unsurnya, dan mengkhususkan hubungan-hubungan internal diantara unsur-unsur itu (Geertz, 1992:21).

Peneliti dapat menganalisa suatu pertunjukan atau peristiwa kesenian dengan lebih dulu memperhatikan pandangan si seniman dan masyarakat pemilik seni, kemudian baru memberikan interpretasinya atau penafsirannya. Menurut perspektif simbolik, suatu tafsir terhadap simbol-simbol tidak akan lengkap dan mantap tanpa memperhatikan pandangan atau tafsir yang diberikan oleh pemilik atau pembuat simbolitu sendiri. Sehingga pandangan “dari dalam” tentang makna berbagai bentuk kesenian dan simbol-simbol yang ada harus diperhatikan ketika seorang peneliti berupaya memahami fenomena kesenian yang dipelajarinya (Ahimsa-Putra.2000:404-405). Menurut Durkheim tetap hidupnya suatu masyarakat sebagai suatu sistem tergantung pada penegasan kembali secara berkala setiap segmen dalam keseluruhan (Saifuddin,2005:192).

METODE PENELITIAN

Hasrat ingin tahu merupakan suatu hasrat alamiah dari manusia, dan merupakan pangkal dari segala ilmu pengetahuan. Namun segala gejala alam dan masyarakat yang ditangkap oleh manusia dengan akal dan pancainderanya, belumlah menyebabkan tumbuhnya ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat.1997:12).

Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti mendeskripsikan kesenian tradisional Damar Kurung masyarakat Gresik. Menurut Koentjaraningrat (1997:29) penelitian deskripsi adalah suatu penelitian yang berusaha menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atas kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu antara satu gejala dengan gejala lainnya dalam masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana pendekatan ini dipakai untuk menguraikan fenomena yang ada pada lokasi penelitian dan memudahkan peneliti untuk mencari data pada masyarakat.

Menurut Moleong (2005:6) metode kualitatif merupakan metode alamiah pada suatu konteks khusus yang digunakan oleh peneliti untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik (keseluruhan) dan dengan cara deskripsi bentuk kata-kata dan bahasa.

Metode wawancara atau metode interview, mencakup cara yang dipergunakan kalau seseorang (peneliti), untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang informan, dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu. Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian mereka itu, merupakan pembantu utama dari metode observasi (Koentjaraningrat, 1997:129).

Obyek penelitian ini adalah karya seni tradisional masyarakat Gresik yaitu seni lukis Damar Kurung. Sedangkan subyek penelitian ini adalah pembuat, penikmat (kolektor) dan Informan.

Kesenian Damar Kurung

Damar kurung adalah sebuah lampion, yakni pelita yang dikurung dalam bangun berbentuk persegi empat. Tiap sisi bangun tersebut terbuat dari kertas dan rangkanya terbuat dari bambu. Sejak zaman Hindu-Budha Damar Kurung sudah dikenal masyarakat. Di setiap sisi Damar Kurung terdapat hiasan gambar yang memiliki sebuah cerita di setiap sisinya. Gambar-gambar yang ada di setiap sisi Damar Kurung menceritakan tentang kegiatan sehari-hari masyarakat Gresik, seperti pasar malam, Hari Raya Idhul Fitri, kondisi pasar, dan kebudayaan masyarakat setempat. Yang menariknya lagi adalah pola menggambar pada Damar Kurung seperti bentuk relief candi dan wayang beber, dan pengadekan pada wayang Kulit. Bentuk gambar manusia-manusia pada Damar Kurung juga mirip cara menggambar tokoh wayang yakni tampak samping.

Perekonomian dan Industri Masyarakat Gresik dalam dalam Lukisan Damar Kurung.
Gresik ditetapkan sebagai bagian salah satu wilayah pengembangan Gerbangkertosusilo dan juga sebagai wilayah industri, maka kota Gresik menjadi lebih terkenal dan termashur, tidak saja di persada nusantara, tapi juga ke seluruh dunia yang ditandai dengan munculnya industri multi modern yang patut dibanggakan bangsa Indonesia. Sesuai apa yang telah di jelaskan dalam Bab 2, tentang Industrialisasi dan sejarah perekonomian , dan juga sejarah maritim Gresik. Dalam hal ini peneliti melihat kondisi Perekonomian dan Industri dalam Media Gambar Damar Kurung.

Damar Kurung Sebagai Media Dakwa

Cerita-cerita pada lukisan Damar Kurung Masmundari sangatlah kental dengan nuansa Islam di lingkungannya. Masmundari sendiri selalu memunculkan kegiatan keagamaan seperti ini dalam lukisannya di Damar Kurung. Lukisan-lukisan pada Damar Kurung Masmundari selalu memunculkan ritual-ritual keagamaan seperti, kegiatan Padusan atau nyekar pada makam kerabat yang sudah meninggal menjelang bulan Puasa, kesenian hadrah, dan kegiatan sholat berjamaah, dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat Gresik ketika Bulan Puasa.

Dari pendapat-pendapat itu sangat terlihat bahwa Masmundari mencoba untuk mengenalkan ke dunia luar bahwa gersik adalah daerah yang serat dengan nuansa Islam. Bisa jadi gambar Damar Kurung Masmundari merupakan budaya pitutur yang dilewatkan melalui Gambar. Simbol-simbol islam disini sangatlah kental, seperti kegiatan sholat, proses pendidikan agama pada generasi muda khususnya anak-anak yang tergambar dalam lukisan yang berjudul belajar ngaji, dan kegiatan-kegiatn yang menandakan hari-hari besar pada masyarakat Islam.

Damar Kurung Sebagai Sarana Invormasi
Lukisan Damar Kurung juga bisa di gunakan sebagai media informasi bagi masyarakat luar Gresik. Lukisan-lukisan Damar Kurung menceritakan perilaku dan kebiasaan masyarakat gresik. Denga melihat lukisan tersebut, masyarakat luar dapat mengerti tentang gambaran masyarakat Gresik seperti bagaimana dan kebudayaan-kebudayaan apa saja yang tetap dilakukannya. Selepas sebagai sarana Informasi. lukisan pada Damar Kurung juga berfungsi sebagai pitutur kepada generasi muda dan masyarakat luar Gresik.

Ketika melihat lukisan Damar Kurung memang serat dengan budaya pitutur tentang kebudayaan masyarakat gresik yang di lewatkan melalui lukisan Damar Kurung. selain sebagai penggambaran masyarakat Gresik. lukisan pada Damar Kurung juga merupakan media atau sarana untuk membantu progam pemerintah seperti progam KB, kegiatan Posyandu dan Balita.
Selain tentang KB, masundari juga membuat lukisan Damar Kurung yang bercerita tentang posyandu. Dimana lukisan ini bertujuan sama dengan lukisan mbok Omah. Bertujuan untuk mensukseskan progam pemerintah yaitu progam posyandu (Pos Layanan Terpadu). Posyandu sendiri bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang, sesuai dengan kebutuhan (http://id.wikipedia.org/wiki/Pos_Pelayanan_Terpadu, diakses pada 02 desember 2012, pukul 23.35 WIB).

Selain sebagai penerang rumah, Damar Kurung merupakan benda seni masyarakat gresik. Sebagian masyarakat beranggapan bahwa lukisan yang berada pada dinding Damar Kurung bersumber pada Manuskrip babad Sindujoyo. Seperti halnya Pak Fatah yang beranggapan Lukisan Damar Kurung berasal dari babad Sindujoyo. Menurut Pak Fatah gaya pelukisan pada dinding Damar Kurung seperti gaya pelukisan padan babad Sindujoyo. Sama-sama menyamping dan menceritakan tentang penyebaran agama Islam, dan Masmundari sendiri pernah menggambar tentang penyebaran Islam oleh Sunan Giri dan Mbah Sindujoyo.

Keluarga Masmundari berpendapat bahwa kesenian Damar Kurung merupakan kesenian keluarga mereka hingga mereka membuat hak cipta dalam kesenian Damar Kurung ini. pengakuan dan perlakuan keluarga terhadap kesenian ini mendapat pergunjingan dalam masyarakat gresik. seperti halnya pak Fatah yang menganggap sebenarnya Masmundari itu bukan pencipta kesenian lukis Damar Kurung, karena sebelum Masmundari membuat Damar Kurung sudah ada yang membuat Damar Kurung dan menjajakannya kepada Masyarakat. Menurut pak Fatah Masmundari itu sebenarnya lebih pantas di panggil sebagai pelestari kesenian ini bukan sebagai pencipta kesenian ini. hal ini juga disampaikan oleh Pak Nud bahwa kesenian yang sudah di jadikan kesenian masyarakat ini sebenarnya tidak bisa di jadikan milik keluarga atau perorangan. Kecuali pihak keluarga mendata ada berapa lukisan Damar Kurung yang pernnah di buat oleh Masmundari maka itu yang bisa di hak patenkan oleh keluarga. Menurut pak Nud dulu rencana untuk mempatenkan kesenian ini adalah supaya tidak takut kehilangan atau diklaim kesenian oleh bangsa atau daerah lain. namun perkembangannya malah menjadi hak milik keluarga.

Kesimpulan

Damar Kurung merupakan seni tradisi yang masih bertahan sampai sekarang. Seni tradisi ini bukanlah sebuah mata pencaharian bagi pembuatnya. Karena pembuatan seni ini pada saat sekarang hanya untuk melestarikan sebuah seni tradisi yang sudah ada sejak dulu.Damar Kurung tidak dijadikan penghasilan tetap oleh keluarga Masmundari, tetapi dijadikan sebagai kesenian tradisi keluarga yang harus tetap di pertahankan samapi kapanpun. Dan proses ini akan di turunkan ke generasi berikutnya.

Damar Kurung merupakan sebuah seni tradisi keluarga yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh keturunan Masmundari. Proses pembuatan Damar Kurung sudah mengalami perubahan, dimana bisa dilihat dari pemilihan bahan yang sudah berubah, seperti penggunaan cat pewarna dari warna makanan ke warna cat minyak, bahan mika untuk dinding Damar Kurung, rangka dari bambu ke rangka kayu yang lebih bagus, dan untuk penerangannya yang dulunya menggunakan lilin berubah menggunakan bohlam lampu.

Kemunculan Damar Kurung di setiap acara padusan Masih dipertahankan oleh keluarga dengan tetap berjualan di acara ritual tersebut. Meski pihak keluarga tidak menjual dengan jumlah besar. Hal-hal yang masih menjadi ciri khas Damar Kurung juga Masih di pertahankan, seperti halnya warna-warna yang dipakai dalam pembuatan lukisan, dan juga bentuk gambar pada lukisan ini.

Kesenian ini penuh dengan makna dan simbol keagamaan yang dimunculkan dari lukisan pada dinding Damar Kurung, mencerminkan sebuah tradisi Masyarakat yang kental dengan kehidupan religi. Adanya penggambaran tentang orang Sholat, mengaji, kesenian-kesenian yang bernuansa islam seperti Hadrah dan Qosidah, dan juga tentang kegiatan-kegiatan kebudayaan setempat. Dalam hal ini tentang kebudayaan Selamatan Tujuh bulanan (Tingkeban), Padusan (mengirim doa ke makam kerabat ketika mau memasuki Bulan Puasa). Selain masalah Religi, Damar Kurung juga menceritakan kultur dan kebiasaan masyarakat Gresik. Kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang tergambar dalam lukisan Damar Kurung sampai sekarang masih di lakukan masyarakat meski sebagian sudah sangat jarang ditemui.
Sebagian masyarakat menganggap bahwa kesenian ini sebenarnya perlu di lestarikan kembali supaya para generasi muda tau dan merasa memiliki kesenian tradisional tersebut, sehingga kesenian ini bisa terus ada dan tidak didominasi oleh orang-orang tertentu. Karena kesenian ini memiliki yang cukup kental dengan masyarakat Gresik.

Daftar Pustaka
Abdullah, Irwan, (2006). Konstruksi dan Reproduksi KEBUDAYAAN. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dillistone, F.W. (2002). The Power of Simbol. Yogyakarta: Kanisius.
Geertz, Clifford. (1992). Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
Heddy Shri Ahimsa Putra. (2000). Ketika Orang Jawa Nyeni. Yogyakarta: GalangPress.
Kaplan, David dan Robert A. Manners. (2002). Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Koentjaraningrat. (1984). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia.
Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmi Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Koentjaraningrat (ed.). (1996). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Koeshandari, Ika Ismoerdijahwati. (2009). DAMAR KURUNG dari Masa ke Masa.Surabaya: Dewan Kesenian Jawa Timur.
Moleong, Lexy. J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyadi, Efix. (2005). Seabad Masmundari. Jakarta: Bentara Budaya Jakarta
Piliang, Yasraf Amir. (2005). Hipersemiotika: tafsir cultural studies atas matinya makna, Yogykarta: Jalasutra
Sumardjo, Jakob. (2002). Arkeologi Budaya Indonesia. Yogyakarta: Qalam.
Soekanto, Soeryono. (1985). Sosiologi Sistematis. Seri Pengenalan Sosiologi 3. Jakarta: Rajawali.
Spradley, James. (1997). Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Saifuddin, Achmad Fedyani. (2005). Antropologi Kontemporer. Jakarta: Kencana.
Belo, Jane. (1999). Lukisan Anak-anak di Bali dalam T.O. Ihromi (ed) Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Jawa Pos. Minggu 22 Juli 2012
www.arekgresik.com, diakses pada tgl 30 November 2012 pukul 23.20 WIB
www.gresik.co.id, diakses pada tgl 30 november 2012 pukul 23.17 WIB
www.wikepedia.org, diakses pada tgl 20 November 2012 pukul 22.15 WIB


Sumber : AntroUnairDotNet, Vol.2/No.1/Jan.-Pebruari 2013
Rizky Sandika Wahyu, “Damar Kurung (Makna Lukisan Damar Kurung Sebagai Kesenian Masyarakat Gresik)”, hal 114-123.

0 komentar "Makna Lukisan Damar Kurung Sebagai Kesenian Masyarakat Gresik", Baca atau Masukkan Komentar

Post a Comment