Saturday, September 29, 2012

Punakawan dan Filosofisnya


Punakawan adalah karakter yang khas dalam wayang Indonesia. Mereka melambangkan orang kebanyakan. Karakternya mengindikasikan bermacam-macam peran, seperti penasihat para ksatria, penghibur, kritisi sosial, badut bahkan sumber kebenaran dan kebijakan. Dalam wayang Jawa karakter punakawan terdiri atas Semar, Gareng, Bagong, dan Petruk. Dalam wayang Bali karakter punakawan terdiri atas Malen dan Merdah (abdi dari Pandawa) dan Delem dan Sangut (abdi dari Kurawa)
 
SEMAR 
Semar merupakan pusat dari punakawan sendiri dan asal usul dari keseluruhan punakawan itu sendiri. Semar disegani oleh kawan maupun lawan, karena Semar adalah perwujudan Sang Hyang Ismaya yang menjadi manusia. Ismaya adalah simbol dewa yang menjadi manusia karena keinginannya menguasai dunia, berbeda dengan Manikmaya yang hanya patuh atau sebaliknya Sang Hyang Antaga yang memiliki keinginan sama dengan Sang Hyang Ismaya.
Setelah Sang Hyang Ismaya menjadi manusia yang buruk dan bertubuh gendut maka berjalanlah ke bumi memenuhin tugasnya mengabdi pada satria yang menegakkan keadilan dan memerangi angkara murka.

Filosofi : Semar,dengan jari telunjuk seolah menuding,melambangkan KARSA/keinginan yang kuat untuk menciptakan sesuatu. mata yang menyipit juga melambangkan ketelitian dan keseriusan dalam menciptakan. Semar, tidak laki-laki, tidak perempuan.Pantat besar seperti perempuan, memakai anting, tapi dia juga seorang laki-laki. sehingga dia bisa melahirkan anak-anaknya dari diri dia tunggal.

GARENG
Gareng adalah anak Semar yang berarti pujaan atau didapatkan dengan memuja. Nalagareng adalah seorang yang tak pandai bicara, apa yang dikatakannya kadang- kadang serba salah. Tetapi ia sangat lucu dan menggelikan.  Ia pernah menjadi raja di Paranggumiwang dan bernama Pandubergola. Ia diangkat sebagi raja atas nama Dewi Sumbadra. Ia sangat sakti dan hanya bisa dikalahkan oleh Petruk.
Gareng konon berasal dari batang kayu kering, kemudian dijadikan Semar yang merasa kesepian di bumi menjadi anaknya.

Filosofi : anak pertama Semar,dengan tangan yang cacat,kaki yang pincang,mata yg juling,melambangkan CIPTA.bahwa menciptakan sesuatu, dan tidak sempurna, kita tidak boleh menyerah.bagaimanapun kita sudah berusaha.apapun hasilnya,pasrahkan padaNya.
 
PETRUK 
Petruk adalah anak kedua Semar. Petruk berasal dari jin atau genderuwo yaitu mahluk halus yang nakal dan cerdas, serta bermuka manis dengan senyuman yang menarik hati, panda berbicara, dan juga sangat lucu.  Ia suka menyindir ketidakbenaran dengan lawakan-lawakannya.  Petruk pernah menjadi raja di negeri Ngrancang Kencana dan bernama Helgeduelbek. Dikisahkan ia melarikan ajimat Kalimasada. Tak ada yang dapat mengalahkannya selain Gareng.
Petruk memiliki peran yang cukup menonjol di samping cara berbicaranya seperti satria,. Beda dengan Gareng atau Bagong yang disengaukan oleh Sang Dalang, maka Petruk berbicara lantang dan terkadang kelewat berani.Lakon yang digemari adalah Petruk jadi Ratu. Dalam lakon ini Petruk mendapat kesempatan menemukan pusaka " Jamus Kalimasada " milik Prabu Darmakusuma atau Puntadewa yang meninggalkan pemiliknya karena sang pemilik meninggalkan amalan-amalan yang menjadi syaratnya. Amalan pertama, sang pemilik harus memiliki iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, percaya kepada Rasul-Nya, ketiga percaya pada malaikat-nya, Empat Kitab-Nya, dan terakhir beriman pada Qadha dan Qadar.

Filosofi : anak kedua Semar. Dari kegagalan menciptakan Gareng, lahirlah Petruk. dengan  tangan dan kaki yg panjang, tubuh tinggi langsing, hidung mancung,wujud dari CIPTA, yang kemudian diberi RASA, sehingga terlihat lebih indah dengan begitu banyak kelebihan.

BAGONG
 
Bagong adalah punakawan Jawa. Dalam wayang Sunda dikenal nama Cepot. Bagong adalah anak bungsu Semar atau punakawan ke 4. Dalam cerita pewayangan, Bagong adalah tokoh yang diciptakan dari bayangan Semar. Bagong bertumbuh tambun gemuk seperti halnya Semar. Namun seperti anak-anak semar yang lain, Bagong juga suka bercanda bahkan saat menghadapi persoalan yang teramat serius. serta memiliki sifat lancang dan suka berlagak bodoh. Ia juga sangat lucu.

Filosofi : anak ketiga Semar. Wujud dari KARYA. dialah yg dianggap sebagai manusia yang sesungguhnya. walau petruk lengkap dengan keindahan dan kesempurnaan, tapi  bagong lah yang dianggap sebagai manusia utuh. karena dia memiliki kekurangan. Jadi  manusia yang sejati adalah manusia yang memiliki kelebihan dan kekurangan. jadi jangan takut atau malu karena kekurangan kita. karena kekurangan itulah yang menjadikan kita manusia seutuhnya.yang perlu kita pikirkan sekarang adalah, bagaimana meminimalkan kekurangan kita, dan memaksimalkan kelebihan kita. karena bagaimanapun kekurangan dan kelebihan itu tidak bisa kita buang atau kita hilangkan.

Makna Filosofis Motif Semen Romo

Keindahan yang kita temui pada motif batik melalui panca indera adalah termasuk keindahan visual. Pada motif-motif batik klasik disamping keindahan visual terdapat pula keindahan yang berhubungan dengan nilai atau paham kesaktian, yaitu karena pada saat motif-motif berkembang didalam situasi atau lingkungan kesaktian budaya.
Nilai keindahan segi kesaktian budaya ini sebenarnya untuk kita generasi sekarang mungkin secara persis tidak dapat merasakan nilai keindahan itu. Untuk sedikit mendekati pengertian tentang nilai keindahan yang bersifat magis itu, maka diuraikan melalui simbol-simbol pada ornamen-ornamen didalam motif, dan dicoba menghubungkan dengan kepercayaan yang terdapat pada keadaan kesaktian budaya tersebut.
Kita akan meninjau makna filosofis secara singkat tentang motif “Semen Romo”. Nama motif “Semen Romo” menurut beberapa pendapat, kata “semen” berasal dari kata “semi” yaitu artinya “tumbuhnya bagian dari tanaman”. Dengan demikian pada motif Semen Romo selalu terdapat ornamen yang menggambarkan tumbuhan atau tanaman. Ada juga yang mengaitkan kalau motif ini ada hubungannya dengan cerita Ramayana.
Pada bagian cerita Ramayana yang terkenal adalah ajaran atau  paham “Hastha Brata”  artinya ajaran keutamaan melalui delapan jalan. Pada motif-motif batik atau susunan seni batik klasik pada umumnya untuk melambangkan atau mengajarkan hal-hal keutamaan atau kebaikan-kebaikan.  Bilamana kita cermati pada motif Sawat/Semen Romo, maka apakah ada kaitan  antara sembilan ornamen pokok pada Sawat/Semen Romo dengan ajaran Hastha-Brata yang mengandung delapan simbol.
Bilamana pada selembar kain batik motif Semen Romo kurang memiliki dari sembilan unsur pokok tersebut maka tidak bisa dinamakan Semen Romo.
  1. Ornamen Meru, melambangkan tanah atau bumi, atau gunung tempat para dewa.
  2. Ornamen Lidah Api, melambangkan api, agni, geni atau dewa api, Batara Brahma, lambang yang sakti. Lidah api digambarkan juga sebagai cemukiran.
  3. Ornamen Baito, atau kapal laut, barang yang bergerak di pada air, atau dilambangkan dengan binatang yang hidup di air seperti katak dan siput.
  4. Ornamen Burung, lambang dunia atas atau udara.

  5. Ornamen Garuda atau Rajawali, lambang dari matahari dan tata surya.
  6. Ornamen Pusaka, atau pusaka keraton dilambangkan dengan tombak. Pusaka itu mempunyai makna semacam daru atau wahyu yaitu semacam cahaya gemerlapan, lambang kegembiraan dan ketenangan.
  7. Ornamen Dampar atau Takhta atau Singgasana, lambang dari kekuasaan, kekuasaan yang adil dan pelindung rakyat. Takhta adalah tempat duduk raja. Raja atau kekuasaan sakti itu kadang-kadang dilambangkan dengan mahkota.
  8. Ornamen Binatang, binatang yang hidup di darat beberapa diantaranya dianggap binatang yang keramat seperti sapi dan banteng. Pada paham triloka, binatang darat itu melambangkan dunia tengah atau arcapada, madyapada.  Binatang dianggap juga sebagai penjelmaan dewa Wisnu.

  9. Ornamen Pohon Hayat, melambangkan dunia tengah. Didalam seni wayang kulit, Pohon Hayat digambarkan dengan bentuk gunungan.
 
Selanjutnya bila kita tinjau dengan watak-watak dalam ajaran Astha Brata adalah sebagai berikut:
Astha Brata adalah wejangan keutamaan Ramawijaya kepada Wibisana ketika dinobatkan jadi raja di negara Ngalengka. Jadi ajaran Astha Brata itu ditujukan kepada seorang raja atau pemimpin rakyat, yaitu orang yang memegang kekuasaan. Penobatan raja ini di dalam motif Semen Romo, mungkin dilambangkan dengan ornamen Dampar atau Takhta, yaitu lambang kekuasaan.
Watak-watak atau brata yang diajarkan oleh Sang Rama yaitu:
  1. Enda-Brata, bersifat darma, pemberi kemakmuran dan pelindung dunia dengan pemberi hujan, memelihara kehidupan dunia.
  2. Yama-brata, menghukum yang bersalah dengan memelihara keadilan. Dalam motif Rama dapat disimbolkan dengan awan dan mega mendung.
  3. Surya-brata, atau watak matahari, yaitu mempunyai sifat tabah.
  4. Sasi-brata, atau watak Candra, bersifat menggembirakan dunia dan memberi hadiah kepada yang berjasa.
  5. Bayu-brata, atau anila brata, yaitu watak luhur yang tidak nampak karena tidak ditonjol-tonjolkan. Angin atau dunia atas dilambangkan dengan ornamen burung.
  6. Dhanaba-brata atau Kuwera-brata, ialah berwatak sentosa dan berusaha memberikan kemakmuran (sandang pangan) kepada bawahannya.
  7. Pasa-brata atau Baruna-brata, ialah wataknya dewa air bersenjatakan Nagapasa yang sangat berbisa. Dewa laut mempunyai hati yang lapang seperti lautan tetapi berbahaya bagi yang mengabaikan. Dewa laut itu dilambangkan dengan bentuk kapal.
  8. Agni-brata, yaitu watak dewa api, yaitu kesaktian untuk memberantas musuh. Api dilambangkan dengan lidah api, bentuk ornamen seperti cemukiran atau modang.
  9. Subyek Astha-brata, yaitu raja dilambangkan dengan Dampar.
Demikianlah gambaran ajaran keutamaan didalam Astha-brata yang mungkin sekali ada hubungannya dengan arti filosofis didalam motif batik Semen Romo. Tentang kebenaran arti filosofis tentunya kita kembalikan kepada  para cerdik pandai untuk menelaah lebih lanjut.  Uraian diatas adalah hanya sedikit gambaran dari motif batik klasik dimana berkembang pada zaman yang masih diliputi oleh kesaktian budaya sehingga didalamnya terkandung estetika magis.
Pada umumnya ornamen pokok pada motif-motif yang tergolong Semen, adalah sbb:
  1. Pertama : ornamen yg berhubungan dengan daratan seperti tumbuhan atau lung-lungan, binatang berkaki empat.
  2. Kedua : ornamen yang berhubungan dengan udara seperti burung garuda, burung-burung atau megamendung.
  3. Ketiga : ornamen yang berhubungan dengan laut atau air seperti ikan, ular dan katak.
Jenis ornamen yang menjadi pokok penyusunan motif tersebut mungkin sekali ada hubungannya dengan paham Triloka atau Tribawana pada zaman dahulu, yaitu paham adanya tiga dunia atau tiga alam, dunia tengah tempat manusia hidup dengan  badan wadag (kasar) atau jasmaniah, dunia atas tempat para dewa dan para suci, sedang dunia bawah tempat orang yang jalan hidupnya tidak benar, durhaka dan angkara murka. Sehingga suatu ekpresi ajaran keutamaan pada waktu itu disalurkan melalui hasil budaya diantaranya diciptakan motif-motif batik.
Motif-motif batik yang tergolong motif-motif modern, untuk mencapai keindahan jiwa biasanya tidak menonjol atau tidak ada sama sekali, dan yang ada hanya merupakan keindahan visual. Sehingga sering terjadi bahwa pemberian nama pada motif batik tidak sesuai dengan ragam hias yang ada dalam mo­tif tersebut. Salah satu penilaian yang diberikan oleh Unesco bahwa batik merupakan warisan budaya tak benda milik bangsa Indonesia dikarenakan bahwa batik-batik Indonesia tidak hanya memiliki keindahan visual namun keindahan jiwa yang penuh dengan makna filosofis dan sebagian batik masih digunakan untuk acara-acara tertentu yang masih melekat pada masyarakat Indonesia secara turun temurun.
 
Sumber : Bapak Sewan Susanto S.Teks
 

Simbol Ornamen Tradisional Rumah Adat Jawa Tengah


Dalam sebuah bangunan Jawa biasanya dapat dijumpai banyak kayu yang diukir. Ornamen ukir ini sarat mengandung makna simbolis. Ornamen ini bermacam ragamnya, misalnya gunungan, tlacapan, ayam jago, ular naga, banyu-tetes,banaspati dan sebagainya. Bentuk dan makna ornamen yang akan dibahas disini dibatasi hanya pada beberapa ornamen yang umum dipakai.

Gunungan (Kayon / kekayon)

Gunungan adalah simbol dari jagad raya. Puncaknya adalah lambang keagungan dan keesaan. Bentuk simbol ini memang menyerupai gunung (seperti yang sering dipakai dalam wayang kulit). Dalam prakteknya, orang-orang Jawa memasang motif gunungan di rumah mereka sebagi pengharapan akan adanya ketenteraman dan lindungan Tuhan dalam rumah tersebut.

Lung-lungan
Sesuai dengan arti harafiah kata “lung” sendiri yang berarti batang tumbuhan yang masih muda, simbol ini berupa tangkai, buah, bunga dan daun yang distilir. Jenis tumbuhan yang sering digunakan adalah tumbuhan teratai, kluwih, melati, beringin, buah keben dsb. Simbol ini melambangkan kesuburan sebagai sumber
penghidupan di muka bumi.

Wajikan
Berasal dari kata ”wajik”, yaitu sejenis makanan dari beras ketan yang dicampur gula kelapa. Sesuai dengan namanya, wajikan berupa bentukan belah ketupat yang di tengahnya terdapat stilasi bunga.

Patran
Patran berbentuk seperti daun yang disusun berderet-deret. Biasanya patran ditempatkan di bagian bangunan yang sempit dan panjang.

Banyu-tetes
Ornamen ini biasa diletakkan bersamaan dengan patran. Sesuai dengan namanya, oranamen ini menggambarkan tetesan air hujan dari pinggiran atap (tritisan) yang berkilau-kilau memantulkan sinar matahari.

Banaspati / Kala / Kemamang
Ragam hias berbentuk wajah hantu / raksasa. Banaspati ini melambangkan raksasa yang akan menelan / memakan segala sesuatu yang jahat yang hendak masuk ke dalam rumah. Karenanya ragam hias ini biasa ditempatkan di bagian depan bangunan, seperti pagar, gerbang, atau pintu masuk.

Thursday, September 27, 2012

Perkembangan Ornamen dari Masa ke Masa

 Sejarah kehidupan manusia menunjukkan bahwa perkembangan seni sejalan dengan perkembangan penalaran pandangan hidup manusia. Hal ini dibuktikan dengan adanya warisan budaya yang turun temurun, diantaranya adalah seni ornamen atau seni hias yang mampu hidup dan berkembang ditengah masyarakat dan memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Seni ornamen merupakan suatu ungkapan perasaan yang diwujudkan dalam bentuk visual sebagai pelengkap rasa estetika dan pengungkapan simbol-simbol tertentu. Ornamen tradisional merupakan seni hias yang dalam teknik maupun pengungkapannya dilaksanakan menurut aturan-aturan, norma-norma serta pola-pola yang telah digariskan terlebih dahulu dan telah menjadi suatu kesepakatan bersama yang akirnya diwariskan secara turun temurun. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka setiap karya seni yang telah mengalami masa perkembangan dan diakui serta diikuti nilainya oleh masyarakat merupakan suatu tradisi, adat kebiasaaan dan pola aturan yang harus ditaati, baik teknik maupun pengungkapannya. 



Perjalanan sejarah ornamen tradisional sudah cukup lama berkembang, berbagai macam pengaruh lingkungan dan budaya lain justru semakin menambah perbendaharaan seni rupa, khusunya seni ornamen atau seni hias. sehingga akhirnya munculah berbagai ornamen yang bersifat etnis dan memiliki ciri khas tersendiri. Ornamen Tradisional yang masih hidup dimasyarakat, memiliki ciri khas tertentu, antara lain :
  1. Seragam
  2. Kolektif (sekumpulan motif dari beberapa daerah yang membentuk menjadi satu kesatuan utuh sebagai motif daerah tertentu)
  3. Komunal (motif yang dimiliki oleh daerah tertentu)
  4. Koperatif (kemiripan motif yang dipakai oleh masyarakat dalam daearah tertentu)
  5. Konservatif
  6. Intuitif
  7. Ekologis
  8. Sederhana
Ciri khas tersebut dapat dilihat dari penggunaan istilah motif geometris dan organis yang diterapkan pada suatu bidang benda., baik dua dimensi maupun tiga dimensi. Motif-motif tersebut memiliki fungsi sebagai elemen dekorasi dan sebagai smbol-simbol tertentu. Bentuk seni ornamen dari masa ke masa mengalami perubahan, seiring dengan tingkat perkembangan pola pikir manusia tentang seni dan budaya. Dalam hal demikian terjadilah suatu proses seleksi budaya yang dipengaruhi oleh peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Ornamen yang diminati akhirnya tetap dilestarikan secara turun-temurun dan mejadi ornamen tradisional, yaitu seni hias yang dalam teknik maupun pengungkapannya dilaksanakan menurut peraturan, norma, dan pola yang telah digariskan lebih dahulu dan menjadi kesepakatan bersama serta telah diwariskan secara turun-temurun.

Bentuk seni ornamen dari masa ke masa mengalami perubahan, seiring dengan tingkat perkembangan pola pikir manusia mengenai seni dan budaya. Dalam hal demikian terjadilah suatu proses seleksi budaya yang dipengaruhi oleh peraturan dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Konsekuensinya ialah adanya bentuk ornamen yang tetap diakui dan diminati oleh masyarakat serta adanya bentuk ornamen yang tidak diminati oleh masyarakat. Ornamen yang diminati akhirnya tetap dilestarikan secara turun-temurun dan menjadi ornamen tradisional, yaitu seni hias yang dalam teknik maupun pengungkapannya dilaksanakan menurut peraturan, norma, dan pola yang telah digariskan lebih dahulu dan menjadi kesepakatan bersama serta telah diwariskan secara turun-temurun. Motif Geometris, merupakan jenis bentuk yang dipakai sebagai titik tolak/gagasan awal dalam pembuatan ornamen, yang berfungsi untuk menunjukan perhatian, mengenali, dan memberikan kesan perasaan. 



DAFTAR PUSTAKA

Charis Jaelani, Moh, Teknik Seni Mengukir Kayu, Yogyakarta: Absolut, 2007.

Hamidin, Aep S, Batik Warisan Budaya Asli Indonesia, Jakarta: Buku Kita, 2010.

Kismartanto, Edij, Membuat Ukiran dari Bahan Gabus, Jakarta: CV Pamularsih, 2007.

Rais, Saiman dan Suhirman, Penuntun Belajar Mengukir Kayu Bagi Pemula, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2000.

Soepratno, Ornamen Ukir Kayu Tradisional Jawa Jilid 1, Semarang: Effhar dan Dahara Prize, 2007.

Sunaryo, Ornamen Nusantara, Semarang: Dahara Prize, 2009.

Susanto, Mike, Membongkar Seni Rupa. Yogyakarta: Penerbit Bukubaik, 2003.

Syafii dan Rohendi Rohidi, Tjetjep, Ornamen Ukir, Semarang: IKIP Semarang press, 1987.

Monday, September 24, 2012

KARYA ANIMASI 3 DIMENSI

Di bawah ini adalah beberapa contoh Animasi 3 Dimensi hasil karya saya. Animasi ini dibuat dengan menggunakan software 3DS Max. Silahkan diclick videonya untuk mendownload.


Animasi 3 Dimensi 3DS MAX Buah-buahan




Animasi 3 Dimensi 3DS Max Iklan Layanan Masyarakat



 

Animasi 3 Dimensi 3DS MAX Obat Nyamuk Bakar


 

Animasi 3 Dimensi 3DS MAX Mobil Mbeldak



Animasi 3 Dimensi 3DS MAX Air Mancur

 


Animasi 3 Dimensi 3DS MAX Snack

VIDEO SENI / ART VIDEO





Di bawah ini adalah beberapa contoh Animasi 3 Dimensi hasil karya saya. Animasi ini dibuat dengan menggunakan software 3DS Max. Silahkan diclick videonya untuk mendownload.



Animasi 3 Dimensi 3DS MAX Buah-buahan




Animasi 3 Dimensi 3DS Max Iklan Layanan Masyarakat



 

Animasi 3 Dimensi 3DS MAX Obat Nyamuk Bakar


 

Animasi 3 Dimensi 3DS MAX Mobil Mbeldak



Animasi 3 Dimensi 3DS MAX Air Mancur

 


Animasi 3 Dimensi 3DS MAX Snack









ART VIDEO

By : Abdul Aziz Ma'any

(KESETIAAN)


Ini adalah sebuah Art Video yang mengisahkan tentang sebuah Kesetiaan pada pasangannya.

Konsep :

Pencarian tentang kekasih yang hilang dari sepasang pasangan, dia berjalan untuk mencari pasangannya ke manapun sampai ketemu. Dia tetap setia meskipun kehilangan pasangannya, setelah waktu berputar lama dalam pencariannya, akhirnya dia bertemu juga dengan pasangannya.


 

Sinopsis :

Menceritakan tentang kisah pencarian seorang pasangan yang hilang, dan digambarkan dengan spidol dan tutupnya sebagai pasangannya. Karena dipisahkan oleh tangan manusia, tutup spidol pun bingung mencari pasangannya yang hilang. Dia berjalan berputar dan berkeliling untuk mencari pasangannya. Dari rumah sampai ke luar rumah, ia kelilingi. Hari berganti hari dia mencari tak kunjung ketemu juga. Semakin bingung dia mencari, sering kali dia bertemu dengan benda sejenisnya, namun dia tetap setia dengan pasangannya yang hilang. Pencarianpun berlanjut sampai pada akhirnya dia menemukan kembali pasangannya yang hilang, yaitu spidol dan tutupnya.






.

Sejarah Ornamen

Sejarah Ornamen 

Penciptaan suatu karya seni pada umumnya senantiasa berkaitan dengan suatu tujuan tertentu. Tidak berbeda dengan karya seni ornamen yang penciptaannya selalu berhubungan dengan tujuan tertentu pula. Beberapa tujuan diciptakannya ornamen diuraikan sebagai berikut:

  1. Untuk menghias
    Bentuk-bentuk ornamen diciptakan hanya untuk menghias saja demi keindahan suatu bentuk (benda ) atau bangunan, dimana ornamen tersebut ditempatkan. Penerapannya biasanya pada alat-alat rumah tangga, arsitektur, pada pakaian (batik, bordir, tenun, dan lain-lain) pada alat transportasi dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan pendapat Soepratno yang menyatakan bahwa:


    ”Ornamen dimaksudkan untuk menghias suatu bidang atau benda, sehingga benda tersebut menjadi indah seperti yang kita lihat pada hiasan kulit buku, piagam, kain batik, tempat bunga dan barang-barang lainnya.


  2. Untuk menyatakan suatu nilai secara simbolis.
    Karya ornamen yang diciptakan pada umumnya mempunyai tujuan untuk memperindah suatu benda saja, namun tidak sedikit ornamen yang diciptakan untuk menyatakan suatu nilai tertentu secara simbolis, menurut norma-norma tertentu (adat, kepercayaan, dan sistem sosial lainnya). Bentuk, motif dan pola ornamen penempatannya sangat ditentukan oleh norma-norma tersebut terutama norma kepercayaan yang harus ditaati, untuk menghindari timbulnya salah pengertian akan makna atau nilai simbolis yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu pengerjaan 
    suatu ornamen simbolis harus mengikuti aturan-aturan yang ditentukan. Contoh ornamen simbolis ini misalnya motif kala, motif pohon hayat sebagai lambang kehidupan, motif burung phonik sebagai lambang keabadian, motif padma, swastika, dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunaryo yang menyatakan bahwa: ”Fungsi simbolis ornamen pada umumnya dijumpai pada produk-produk benda upacara atau benda pusaka dan bersifat keagamaan atau kepercayaan, menyertai nilai estetisnya”.

Kecenderungan manusia untuk menghias atau membuat ornamen sudah ada sejak zaman prasejarah. Temuan keping-keping benda prasejarah berupa senjata-senjata, benda-benda tembikar, peti mati, dan lain sebagainya oleh para ahli Arkeologi cukup menjadi bukti akan hal ini. Pada umumnya ornamen pada benda-benda prasejarah yang berupa tembikar masih berupa motif-motif yang berbentuk sederhana dan biasanya geometris. 





Ornamen pada tembikar dengan cara ditoreh, dicukil, ditekan atau dicap dalam keadaan masih basah merupakan temuan benda prasejarah

Ada beberapa pola hias yang tersusun dari motif geometris yang ditemukan, yaitu meander, tumpal, swastika, dan pilin. Pola Hias Tumpal menggunakan bidang segitiga sama kaki yang diulang-ulang secara berderet. Pilin adalah suatu bentuk yang dibatasi oleh garis lengkung yang mengikal pada titik pusat. Pilin tersebut pada umumnya dibuat berganda, bersambungan bentuknya semacam huruf ‘S’.  Pola Hias Meander adalah berupa huruf ‘T’ yang disusun berderet dan berbalikan. Sedangkan pola hias swastika adalah bentuk yang menyerupai galaksi atau kumpulan bintang-bintang di cakrawala, sesuai dengan Sukarman yang menyatakan bahwa: “Bentuk swastika ini dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan galaxi atau kumpulan bintang-bintang di cakrawala yang merupakan dasar kekuatan perputaran alam ini”


Searah jarum jam: Pola hias tumpal, pilin, meander dan swastika